Babaliak Ka Pangka Kaji: Mengurai Fikih Qurban dalam Pemikiran dan Praktik Buya Awiskarni Husin

Salingka Surau

Diwaktu Buya H. Awiskarni Husin Mengelola Ibadah Qurban.

Tingkatan kelas di MTI Pasia bukan sampai kelas 7, tapi sampai kelas 8, kelas ini tidak begitu disorot oleh media, sehingga tidak begitu dikenal, yaitu kelas khusus yang hadir setiap hari selasa, yang santrinya adalah “enek-enek halaqah”.

Jemaah halaqah merupakan bagian dari keluarga besar MTI Pasia, sehingga waktu acara-acara tertentu seperti peringatan Maulid Nabi, Isra’ mi’raj, bahkan acara diploma kelas 7, disediakan tempat khusus untuk enek-enek halaqah. Kegiatan halaqah ini dimulai dari Buya H. Husin Amin, dilanjutkan oleh Buya H. Awiskarni Husin dan sekarang diampu oleh Buya H. Dulyamani.

Kehadiran jemaah halaqah ini bukan saja menimba ilmu dan mendengarkan pengajian dari Buya Pimpinan Pondok, tapi mereka juga ikut untuk kegiatan yang lain, diantaranya pelaksanaan ibadah qurban.

Seingat saya, di MTI Pasia pernah diadakan pemotongan hewan qurban, tapi sering hewan qurban dari jemaah halaqah dikirim ke nagari atau kampung tertentu yang diperkirakan hewan qurbannya tidak seimbang dengan penduduk setempat.

Pengelolaan ibadah qurban ini langsung ditangani oleh Buya Awis Karni Husin, mulai dari pengumpulan iyuran qurban, pembelian hewan qurban, sampai penyemblihan atau pengiriman ke kampung tertentu.

Dalam pengelolaan ibadah qurban ini, ada teknis-teknis tertentu yang dilakukan Buya Awis sebagai bentuk kahati-hatian beliau terhadap amanah dari pemilik qurban dan kesempurnaan ibadah qurban.

  1. Uang dari masing-masing kelompok qurban beliau simpan dalam satu amplop, bahkan beliau pun meminta redha kepada jemaah sekiranya uangnya tertukar
  2. Di bagian luar amplop tertulis nama-nama anggota kelompok sebanyak 7 orang. (kalau 4 kelompok, berarti 4 amplop)
  3. Di waktu beliau membeli hewan qurban, maka masing-masing hewan qurban diucapkan akad jual beli sesuai dengan nama-nama yang ada di amplop, kira-kira kalimatnya begini “saya beli sapi bapak dengan harga sekian sebagai wakil dari orang-orang barikut……….,…..,…..”
  4. Setelah hewan pertama diakadkan, maka ditulis angka 1 sebagai bukti hewan kelompok 1, dan begitu selanjutnya
  5. Hari Minggu/Senin biasanya hewan qurban sudah berada di depan pesantren, ini karena hari Selasa akan dilihat oleh jemaah halaqah, maka pada hari Selasa beliau ajak jemaah halaqah untuk memasang niat qurban sesuai sapinya masing-masing. Ingat, niatnya “nawaitul udh’hiyatal masnunata (aku berniat untuk ibadah qurban yang disunatkan)”, beliau selalu mengingatkan perlu ada kata “disunatkan”, kalau tidak akan jatuh menjdai qurban wajib, maka pemilik qurban tidak boleh memakan daging qurbanya
  6. Jika ada sisa uang yang ada di amplop, beliau menyerahkan sisa uang itu kepada jemaah. Hal ini pernah saya bertanya “diambiaknyo dijemaah baliak ustad?” jawaban beliau “indak, wakaf an sajo ka sakolah ustad” kata jemaah
  7. Sapi selanjutnya dikirim ke kampung tertentu untuk penyembelihan

SEMOGA BISA MENGAMBIL ILMU DAN MANFAAT DARI URAIAN SAYA MENGENAI PENGELOLAAN QURBAN OLEH BUYA AWISK ARNI

-Ustad Gurhanawan

Yuk Bagikan